Tradisi Babarit sebagai Bentuk Pelestarian Warisan Budaya di Kabupaten Kuningan

Tradisi Babarit selama ini menjadi ciri khas dalam milangkala atau hari jadi kabupaten Kuningan. Tradisi Babarit ini dilakukan sebagai wujud syukur, menjaga alam, indahnya berbagi dan mendoakan para leluhur. Tepatnya pada hari Minggu, 4 Agustus 2024 kemarin, di depan kantor Bupati Kuningan, kabupaten Kuningan melaksanakan salah satu proses rangkaian acara dalam rangka menuju hari jadi kabupaten Kuningan yaitu dengan melaksanakan tradisi Babarit.

Adapun prosesnya yaitu dengan menyatukan air dari 4 penjuru mata air kabuyutan yaitu: Barat: mata air Cihulu Kuningan (Winduherang - Cigugur); Utara: dari Cikahuripan (Kahiyangan - Cilimus); Timur: Kabuyutan Indrakila – Karangkancana; Selatan: Kabuyutan Jambarema – Selajambe. Air dari keempat sumber ini kemudian disatukan dan disawer di keempat penjuru yang dilakukan oleh Bapak Dr. Drs. H. Raden Iip Hidajat, M.Pd. beserta istrinya selaku Pj Bupati Kuningan saat itu.

Selain itu, disiapkan pula lima tumpeng sebagai simbol. Salah satu tumpeng yang berukuran paling besar itu dinamakan tumpeng indung, yang nantinya akan dibagikan kepada masyarakat Kuningan yang hadir pada rangkaian acara tersebut.

Mengenal lebih jauh lagi mengenai Tradisi Babarit. Babarit Kuningan merupakan tradisi leluhur masyarakat Kuningan yang sudah turun temurun sebagai salah satu bentuk mensyukuri limpahan kekayaan alam. Secara bahasa, Babarit berasal dari bahasa Sunda, yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “Babar” yang mempunyai arti “Dilahirkan” dan “Ririwit” yang berarti “Kesusahan”. Sedangkan akronominya yaitu “Ngababarkeun Ririwit” atau dalam bahasa Indonesia bermakna “menghilangkan kesusahan”.

Meskipun memiliki perbedaan definisi dari setiap desanya, namun pada dasarnya tradisi ini memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas kenikmatan dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT. sebuah momen yang mengingatkan kita bahwa kebesaran suatu daerah tak hanya pada pembangunan fisik, tetapi juga pada warisan budaya.

Tradisi Babarit merupakan akulturasi kebudayaan Sunda dengan nilai-nilai Islam. Proses akulturasi budaya dalam tradisi Babarit ini dilatarbelakangi oleh kondisi sosio ekonomi masyarakat Kuningan yang dikenal sebagai daerah agraris, yang mayoritas mata pencehariannya sebagai petani. Bersedekah dan berdoa sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan serta memohon keselamatan agar terhindar dari bala bencana.

Narasumber: Rekanita Alif Dewi Alfiya (Ketua IPPNU Kabupaten Kuningan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini